Rabu, 14 September 2011

Batik Indonesia Punya Ciri Khas

BATIK, merupakan kain tradisional Tanah Air yang keberadaannya pun telah diakui badan internasional PBB melalui UNESCO yang menangani pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.

Karena itu, seharusnya masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir akan adanya klaim batik oleh negara lain. Terlebih karena sebenarnya batik Indonesia mempunyai ciri khas tersendiri, bahkan berbeda dengan batik yang dimiliki Malaysia ataupun China.

"Batik asli Indonesia bukan produksi pabrikan (printing/kain bermotif batik). Selama ini, batik khas nasional diproses secara tulis atau dikenal dengan sebutan batik tulis. Ada pula batik cap yang juga termasuk batik khas Indonesia," kata Ketua Asosiasi Tenun, Batik, dan Bordir Jawa Timur, Erwin Sosrokusumo.

Menurut dia, sebenarnya batik Indonesia sudah dikenal bangsa lain sejak zaman Kerajaan Jenggala, Airlangga, dan Majapahit. Namun, saat itu bahan utamanya didatangkan dari China. Penyebabnya, kain sebagai bahan dasar membatik sulit diperoleh di Indonesia.

"Untuk itu, batik memang harus diklaim negara ini dan bukan negara lain yang mengaku-aku," ujarnya.

Sementara itu, ia menjelaskan, pengakuan UNESCO terhadap batik negeri ini pada 2 Oktober 2009 adalah peluang utama mempertahankan kebudayaan bangsa.

"Apalagi, selama ini batik Indonesia sudah memiliki pasar di berbagai negara di dunia, seperti di sejumlah negara Eropa dan Asia," katanya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, Arifin T Hariadi, merasa bangga karena batik sebagai warisan nenek moyang Indonesia bisa memperoleh pengakuan internasional.

"Kebanggaan ini wajib disyukuri dan didukung secara penuh oleh seluruh masyarakat Indonesia," katanya.

Di sisi lain, ia menyatakan, kerajinan batik Indonesia sudah sepantasnya diangkat menjadi warisan budaya dunia. Untuk itu, bangsa Indonesia tidak perlu khawatir jika negara lain mengakui batik menjadi miliknya.

"Klaim yang dilakukan Malaysia dan China, keduanya sama-sama memproduksi batik, tetapi produk itu bukan batik sebenarnya alias printing (kain bermotif batik produksi pabrik). Kami bersyukur konsep batik kita sulit ditiru karena memiliki ciri khas tertentu," katanya.

Ketika batik Indonesia sudah resmi menjadi warisan budaya internasional, ke depan, pihaknya mengimbau seluruh lapisan masyarakat di Indonesia supaya lebih mencintai produk batik dan produk dalam negeri. Apabila hal tersebut bisa direalisasikan secepatnya, ia optimistis, pertumbuhan angka penjualan perajin batik baik industri kecil menengah (IKM) dan usaha kecil menengah (UKM) kian meningkat.

Ciri Khas Batik Daerah Solo, Jogja, Pekalongan, Cirebon, dan Banyumas

Berikut kami tampilkan berbagai macam Corak ciri khas batik daerah. Termasuk Solo, Jogja, Pekalongan, Cirebon, dan Banyumas yang dapat anda lihat khasnya. Masing-masing daerah mempunyai ciri khas batik yang berbeda-beda sesuai dengan daerahnya masing-masing. Ciri-ciri khas batik daerah itu menunjukkan keberagaman batik di nusantara ini.
motifbatiksolo
(motifbatiksolo)
Ciri Khas Batik Daerah seperti Solo, Jogja, Pekalongan, Cirebon, dan Banyumas merupakan kekayaan bangsa kita yang tak ternilai harganya. Corak batik ini patut kita banggakan sebagai aset bangsa yang tak kan pernah hilang. Ciri Khas Batik Daerah Solo, Jogja, Pekalongan, Cirebon, dan Banyumas akan menjadi Trend Senter di daerahnya masing-masing.
Batik Khas Jogja
 (Batik Khas Jogja)

Batik Khas Jogja
(Batik Khas Jogja)

Ciri Khas Batik Solo akan berbeda dengan Ciri Khas Batik Jogja. Mereka mempunyai Ciri Khas Masing-masing yang tidak sama. Ciri Khas Batik Pekalongan dan Ciri Khas Batik Cirebon juga mempunyai perbedaan Corak antara keduanya.
Batik Khas Pekalongan
(Batik Khas Pekalongan)

Batik Khas Cirebon
(Batik Khas Cirebon)

Batik Khas Banyumas
(Batik Khas Banyumas)

Begitu pula dengan Ciri Khas batik Banyumas yang dikenal oleh masyarakat Khas Banyumas yang berada di Jawa Tengah Bagian Barat. Tetapi semua corak dan Ciri Khas Batik itu akan menjadi kekayaan bagi bangsa kita.
 
sumber : http://batikbudayaindonesiaku.blogspot.com/2011/07/ciri-khas-batik-daerah-solo-jogja.html

Sejarah Batik Yogyakarta

Hery on 07:29 PM, 10-Jun-11
batikyog.jpg Sejarah Batik Yogyakarta Seni Batik Tradisional dikenal sejak beberapa abad yang lalu di tanah Jawa. Bila kita menelusuri perjalan perkembangan batik di tanah Jawa tidak akan lepas dari perkembangan seni batik di Jawa Tengah. Batik Jogja merupakan bagian dari perkembangan sejarah batik di Jawa Tengah yang telah mengalami perpaduan beberapa corak dari daerah lain. Perjalanan“Batik Yogya” tidak bisa lepas dari perjanjian Giyanti 1755. Begitu Mataram terbelah dua, dan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri, busana Mataram diangkut dari Surakarta ke Ngayogyakarta maka Sri Susuhunan Pakubuwono II merancang busana baru dan pakaian adat Kraton Surakarta berbeda dengan busana Yogya. Didesa Giyanti, perundingan itu berlangsung. Yang hasilnya antara lain , Daerah atau Wilayah Mataram dibagi dua, satu bagian dibawah kekuasaan Sri Paduka Susuhunan PB II di Surakarta Hadiningrat , sebagian lagi dibawah kekuasaan Kanjeng Pangeran Mangkubumi yang setelah dinobatkan sebagai raja bergelarNgersa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Sultan Hamengku Buwana Senopati ing Ngalaga Ngabdul Rachman Sayidin Panatagama Kalifatullah ingkang jumeneng kaping I , yang kemudian kratonnya dinamakan Ngayogyakarta Hadiningrat. Semuapusaka dan benda-benda keraton juga dibagi dua. Busana Mataraman dibawa ke Yogyakarta , karena Kangjeng Pangeran Mangkubumi yang berkehendak melestarikannya. Oleh karena itu Surakarta dibawah kekuasaan Sri Paduka Susuhunan PB III merancang tata busana baru dan berhasil membuat Busana Adat Keraton Surakarta seperti yang kita lihat sampai sekarang ini. Ciri khas batik gaya Yogyakarta , ada dua macam latar atau warna dasar kain. Putih dan Hitam. Sementara warna batik bisa putih (warna kain mori) , biru tua kehitaman dan coklat soga. Sered atau pinggiran kain, putih, diusahakan tidak sampai pecah sehingga kemasukan soga, baik kain berlatar hitam maupun putih. Ragam hiasnya pertama Geometris : garis miring lerek atau lereng , garis silang atau ceplok dan kawung , serta anyaman dan limaran.Ragam hias yang bersifat kedua non-geometris semen , lung- lungan dan boketan.Ragam hias yang bersifat simbolis erat hubungannya dengan falsafah Hindu – Jawa ( Ny.Nian S Jumena ) antara lain : Sawat Melambangkan mahkota atau penguasa tinggi , Meru melambangkan gunung atau tanah ( bumi ) , Naga melambangkan air , Burung melambangkan angin atau dunia atas , Lidah api melambangkan nyala atau geni. Sejakpertama sudah ada kain larangan. Setiap Sultan yang bertahta berhak membuat peraturan baru atau larangan-larangan. Terakhir,Sri Paduka Sultan HB VIII membuat peraturan baru ( revisi ) berjudul Pranatan dalem bab namanipun peangangge keprabon ing Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dimuat dalam Rijksblad van Djokjakarta No 19. th 1927, Yang dimaksud pangangge keprabon ( busana keprabon ) adalah : kuluk ( wangkidan ), dodot / kampuh serta bebet prajuritan, bebet nyamping ( kain panjang ) , celana sarta glisire ( celana cindhe , beludru , sutra , katun dan gelisirnya ), payung atau songsong. Motifbatik larangan : Parang rusak ( parang rusak barong , parang rusak gendreh <> Semuaputra dalem diperbolehkan mengenakan kain-kain tersebut di atas. Busana batik untuk Permaisuri diperbolehkan sama dengan raja. Garwa ampeyan dalem diizinkan memakai parang rusak gendreh kebawah. Garwa Padmi KG Pangeran Adipati sama dengan suaminya. Garwa Ampeyan KG Pangeran Adipati diperbolehkan memakai parang rusak gendreh ke bawah. Demikian pula putra KG Pangeran Adipati. Istri para Pangeran Putra dan Pangeran Putra Raja yang terdahulu ( Pangeran Putra Sentananing Panjenengan dalem Nata ) sama dengan suaminya . Garwa Ampeyan para Pangeran diperbolehkan memakai parang rusak gendreh ke bawah. Wayah dalem ( cucu Raja ) mengenakan parang rusak gendreh ke bawah. Pun Buyut dalem ( cicit Raja) dan Canggah dalem ( Putranya buyut ). Warengipun Panjenengan dalem Nata ( putra dan putri ) kebawah diperbolehkan mengenakan kain batik parang – parangan harus seling , tidak diperbolehkan byur atau polos. Pepatihdalem ( Patih Raja ) diperkenankan memakai parang rusak barong kebawah. Abdidalem : Pengulu Hakim , Wedana Ageng Prajurit , Bupati Nayaka Jawi lan lebet diperkenankan mengenakan parang rusak gendreh kebawah. Bupati Patih Kadipaten dan Bupati Polisi sama dengan abdidalem tersebut diatas. Penghulu Landrad , Wedana Keparak para Gusti ( Nyai Riya ), Bupati Anom , Riya Bupati Anom , parang rusak gendreh kebawah. Abdidalem yang pangkatnya dibawah abdi dalem Riya Bupati Anom dan yang bukan pangkat bupati Anom, yakni yang berpangkat Penewu Tua.

sumber : http://f8n001.blogspot.com/2010/11/sejarah-batik-yogyakarta.html

ciri khas batik trusmi cirebon

Oleh Komarudin Kudiya
Keunggulan Batik Trusmi Cirebon
Pada even pameran batik di Jakarta maupun di kota lain seringkali pengunjung menanyakan kepada saya “Apa sih keunggulan batik Trusmi atau batik Cirebonan dibanding dengan batik-batik yang berasal dari daerah lain?”.
Menurut pendapat saya bahwa pada dasarnya batik-batik yang dihasilkan oleh sentra-sentra kerajinan batik di berbagai daerah pada umumnya bagus-bagus serta memiliki corak motif batik yang beragam. Dengan demikian sifat khas dan keunikan batik-batik daerah tersebut tidak bisa dikatakan batik yang satu lebih baik dari daerah lainnya. Keunikan motif serta corak yang dihasilkan dari batik-batik di berbagai daerah merupakan kekuatan dan kekayaan yang sangat luar biasa, khususnya bagi kebudayaan batik Indonesia.
Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang di miliki oleh bangsa Indonesia. Yang sangat membanggakan kita semua adalah, pada tiap-tiap daerah memiliki desain serta motif-motif yang khas dengan penamaan motif yang menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Misalnya saja motif batik dari Aceh ada Pintu Aceh, Cakra Doenya, Bungong Jeumpa. Dari Riau ada Itik Pulang Petang, Kuntum Bersanding, Awan Larat dan Tabir. Batik dari Jawa diantaranya Jelaprang (Pekalongan), Sida Mukti, Sida Luhur (Solo), Patran Keris, Paksinaga Liman, Sawat Penganten (Cirebon), dll.
Untuk mengetahui tentang bukti banyaknya kekayaan desain motif-motif batik Indonesia contoh yang paling sederhana bisa dilihat di wilayah Jawa Barat, di wilayah ini terdapat puluhan sentra batik diantaranya dari wilyah paling Timur ada Cirebon, wilayah bagian Utara ada Indramayu, kemudian ke arah bagian Barat dan Selatan terdapat Kabupaten Ciamis, Kabupaten dan Kota Tasikmalaya, Kabupaten Garut. Walaupun masih dalam satu propinsi dan kultur budaya yang sama (budaya Sunda), namun bisa kita temui adanya perbedaan motif dan ragam hias batik yang jauh berbeda antara satu kabupaten dengan kabupaten lainnya. Seperti pada daerah Cirebon dengan Indramayu memiliki karakter dan desain motif yang berbeda, terlebih lagi antara daerah Cirebon dan Garut memiliki perbedaan motif, corak serta ragam hias yang sangat signifikan perbedaannya. Perbedaan itu dipengaruhi oleh kultur budaya dan tingkat keahlian dari para pengrajin batiknya. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat batik relatif sama baik dari bentuk canting, bentuk cap maupun jenis lilinnya. Namun ketika proses produksi berjalan ada kalanya kondisi unsur air tanah dengan kualitas PH yang berbeda-beda bisa mempengaruhi hasil pewarnaan akhir. Demikian pula dengan sifat kesabaran dan keuletan pengrajin batik di tiap-tiap daerah, juga akan bisa mempengaruhi kualitas akhir batik yang dihasilkannya.
Daerah sentra produksi batik Cirebon berada di desa Trusmi Plered Cirebon yang konon letaknya di luar Kota Cirebon sejauh 4 km menuju arah barat atau menuju arah Bandung. Di desa Trusmi dan sekitarnya terdapat lebih dari 1000 tenaga kerja atau pengrajin batik. Tenaga kerja batik tersebut berasal dari beberapa daerah yang ada di sekitar desa Trusmi, seperti dari desa Gamel, Kaliwulu, Wotgali dan Kalitengah.
Secara umum batik Cirebon termasuk kedalam kelompok batik Pesisiran, namun juga sebagian batik Cirebon termasuk dalam kelompok batik keraton. Hal ini dikarenakan Cirebon memiliki dua buah keraton yaitu Keratonan Kasepuhan dan Keraton Kanoman, yang konon berdasarkan sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebonan Klasik yang hingga sekarang masih dikerjakan oleh sebagian masyarakat desa Trusmi diantaranya seperti motif Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran Kangkung, Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas, Sawat Penganten, Katewono, Gunung Giwur, Simbar Menjangan, Simbar Kendo dan lain-lain.
Beberapa hal penting yang bisa dijadikan keunggulan atau juga merupakan ciri khas yang dimiliki oleh batik Cirebon adalah sbb:
a. Desain batik Cirebonan yang bernuansa klasik tradisional pada umumnya selalu mengikut sertakan motif wadasan (batu cadas) pada bagian-bagian motif tertentu. Disamping itu terdapat pula unsur ragam hias berbentuk awan (mega) pada bagian-bagian yang disesuaikan dengan motif utamanya.
b. Batik Cirebonan klasik tradisional selalu bercirikan memiliki warna pada bagian latar (dasar kain) lebih muda dibandingkan dengan warna garis pada motif utamanya.
c. Bagian latar atau dasar kain biasanya nampak bersih dari noda hitam atau warna-warna yang tidak dikehendaki pada proses pembuatan. Noda dan warna hitam bisa diakibatkan oleh penggunaan lilin batik yang pecah, sehingga pada proses pewarnaan zat warna yang tidak dikehendaki meresap pada kain.
d. Garis-garis motif pada batik Cirebonan menggunakan garis tunggal dan tipis (kecil) kurang lebih 0,5 mm dengan warna garis yang lebih tua dibandingkan dengan warna latarnya. Hal ini dikarenakan secara proses batik Cirebon unggul dalam penutupan (blocking area) dengan menggunakan canting khusus untuk melakukan proses penutupan, yaitu dengan menggunakan canting tembok dan bleber (terbuat dari batang bambu yang pada bagian ujungnya diberi potongan benang-benang katun yang tebal serta dimasukkan pada salah satu ujung batang bambu).
e. Warna-warna dominan batik Cirebonan klasik tradisional biasanya memiliki warna kuning (sogan gosok), hitam dan warna dasar krem, atau berwarna merah tua, biru tua, hitam dengan dasar warna kain krem atau putih gading.
f. Batik Cirebonan cenderung memilih sebagian latar kainnya dibiarkan kosong tanpa diisi dengan ragam hias berbentuk tanahan atau rentesan (ragam hias berbentuk tanaman ganggeng). Bentuk ragam hias tanahan atau rentesan ini biasanya digunakan oleh batik-batik dari Pekalongan.
Masih dengan batik Cirebonan, namun mempunyai ciri yang berbeda dengan yang sebelumnya yaitu kelompok batik Cirebonan Pesisiran. Batik Cirebonan Pesisiran sangat dipengaruhi oleh karakter masyarakat pesisiran yang pada umumnya memiliki jiwa terbuka dan mudah menerima pengaruh budaya asing. Perkembangan pada masa sekarang, pewarnaan yang dimiliki oleh batik Cirebonan lebih beraneka warna dan menggunakan unsur-unsur warna yang lebih terang dan cerah, serta memiliki bentuk ragam hias yang bebas dengan memadukan unsur binatang dan bentuk-bentuk flora yang beraneka rupa.
Pada daerah sekitar pelabuhan biasanya banyak orang asing yang singgah, berlabuh hingga terjadi perkawinan etnis yang berbeda (asimilasi), maka batik Cirebonan Pesisiran lebih cenderung menerima pengaruh budaya dari luar yang dibawa oleh pendatang. Sehingga batik Cirebon yang satu ini lebih cenderung untuk bisa memenuhi atau mengikuti selera konsumen dari berbagai daerah (lebih kepada pemenuhan komoditas perdagangan dan komersialitas), sehingga warna-warna batik Cirebonan Pesisiran lebih atraktif dengan menggunakan banyak warna. Produksi batik Cirebonan pada masa sekarang terdiri dari batik Tulis, batik Cap dan batik kombinasi tulis cap. Pada tahun 1990 – 2000 ada sebagian masyarakat pengrajin batik Cirebonan yang memproduksi kain bermotif batik Cirebonan dengan teknik sablon tangan (hand printing), namun belakangan ini teknik sablon tangan hampir punah, dikarenakan kalah bersaing dengan teknik sablon mesin yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang lebih besar. Pertumbuhan batik Trusmi nampak bergerak dengan cepat mulai tahun 2000, hal ini bisa dilihat dari bermunculan showroom-showroom batik yang berada di sekitar jalan utama desa Trusmi dan Panembahan. Pemilik showroom batik Trusmi hampir seluruhnya dimiliki oleh masyarakat Trusmi asli walaupun ada satu atau dua saja yang dimiliki oleh pemilik modal dari luar Trusmi.
Contoh Koleksi Batik Cirebonan:
Koleksi Batik Komar Motif Ganggengan
Koleksi Batik Komar Motif Singa Payung


sumber : http://agguss.wordpress.com/2008/07/31/ciri-khas-batik-trusmi-cirebon/

Batik sebagai Warisan Budaya Indonesia

A. Asal-Usul Batik
Warisan (peninggalan) dari nenek moyang bangsa Indonesia ke generasinya sekarang adalah beragam bentuk, jenis, dan wujud (rupa). Beberapa di antaranya adalah candi- candi; senjata tradisional seperti sangkur, keris, dan tombak; kapal laut Pinisi; wayang; dan batik. Warisan dari nenek moyang itu tidak semuanya terpelihara dengan baik di masa sekarang di satu sisi, tetapi di sisi lain, sekarang ini ada upaya lebih giat dari pemerintah, kalangan swasta, dan masyarakat Indonesia untuk melestarikan semua peninggalan tersebut. Salah satu upaya pelestarian peninggalan itu adalah batik.

Batik Indonesia sejak dahulu hingga sekarang telah dikenal luas oleh masyarakat, baik dari dalam maupun luar negeri. Daerah sentra batik di Indonesia yang terkenal antara lain Yogyakarta, Solo, Semarang (Joglosemar). Selain ketiga daerah tersebut dikenal juga Pekalongan sebagai tempat pengrajin batik.

Kata batik konon berasal mula dari kata 'tik'. Kata ini berarti titik. Mengapa batik ada hubungannya dengan titik? Hal ini dikarenakan dalam proses pembuatan batik melalui tahapan penetesan lilin ke kain putih yang akan dijadikan batik nantinya. Saat proses penetesan tersebut maka tetesan lilin itu akan berbunyi tik-tik-tik sehingga akhirnya lahirlah istilah kata batik. Di lain sisi, ada pihak yang berpendapat bahwa kata batik bersumber pada sumber-sumber tulis kuno yang dihubungkan dengan tulisan, atau lukisan . Kedua pendapat ini hingga sekarang masih digunakan untuk menjelaskan asal-usul kata batik, dan hal ini sebenarnya tidak menjadi masalah mendasar dalam upaya pengembangan batik di masa sekarang dan mendatang.

Warisan berarti semua peninggalan dari masa silam/dahulu yang sekarang bentuk, jenis, dan wujud (rupa)nya masih ada, dan digunakan oleh generasi sekarang. Secara khusus, warisan dalam judul tulisan ini mengacu pada peninggalan batik dari era generasi terdahulu ke sekarang.

Budaya dapat diartikan sebagai semua hasil cipta, rasa, dan karsa manusia (Koentjaraningrat). Berdasarkan pendapat ini, batik adalah salah satu hasil dari cipta, rasa, dan karsa yang dilakukan oleh manusia Indonesia, baik sejak masa silam hingga sekarang, selain hasil lainnya yang berwujud pada bangunan candi-candi kuno, senjata-senjata tradisional, dan Pancasila (buah pikiran Bung Karno yang bersumber pada nilai-nilai kearifan bangsa Indonesia sebelumnya).

Kata Indonesia digunakan untuk menjelaskan konsep suatu wilayah di zona Asia Tenggara yang didiami oleh orang-orang dari pulau Sabang hingga Merauke di mana dia merupakan tempat yang terdiri dari daratan lebih kurang 2 juta kilometer persegi, dan lautan seluas lebih kurang 3 juta kilometer persegi. Jika dihubungkan dengan kata batik maka dia adalah salah satu hasil karya dari suku bangsa yang mendiami Indonesia, yakni etnis Jawa.

B. Permasalahan
Tulisan ini berusaha menjelaskan permasalahan-permasalahan yang timbul sehubungan dengan upaya melestarikan batik sebagai warisan budaya Indonesia. Permasalahan yang dimaksud, difokuskan pada pertanyaan : pertama, bagaimana kita dapat lebih mengembangkan dan mencintai produk batik pada generasi Indonesia sekarang dan mendatang, dan kedua, upaya kita bersama untuk melestarikan batik Indonesia.

C. Alternatif Solusi untuk Permasalahan
Sehubungan dengan upaya untuk menjawab kedua permasalahan di atas, penulis mengajukan beberapa alternatif solusi, yakni:

Dari segi pendidikan
Penulis menyarankan kepada pemerintah melalui Depdiknas untuk mewajibkan matapelajaran membatik kepada para siswa menengah kejuruan pada level SLTA di daerah-daerah sentra utama pengrajin batik, yaitu Yogyakarta, Solo, dan Semarang (Joglosemar), dan Pekalongan. Manfaat yang diperoleh dari aktivitas ini antara lain adalah siswa SLTA kejuruan secara langsung ikut terlibat dalam proses pembuatan hingga akhinya menjadi produk final (batik), sekaligus juga terjadi proses penanaman pelestarian batik pada generasi muda (SLTA) Indonesia. Selain itu, keuntungan lain yang diperoleh para siswa adalah mereka dapat menambah uang saku untuk membiayai pendidikan mereka, atau untuk memenuhi kebutuhan mereka lainnya. Agar hasil produk batik yang dibuat oleh para siswa menjadi bagus dan bernilai komersial, Depdiknas setempat dapat merekrut tenaga pengajar lokal yang memiliki keahlian tinggi dalam membatik, misalnya, pembatik lokal (sektor informal) di satu sisi. Di sisi lain, untuk tenaga pengajar formal, hal ini dapat diperoleh dari para lulusan minimal setingkat D3 yang mendalami seni dan kriya pada aras universitas. Dampak jangka panjang dari kegitan ini adalah selain kesinambungan produksi batik terjaga kontinuitasnya, juga dia menjadi salah satu sektor penghasil tenaga kerja terampil (pembatik) untuk para siswa SLTA kejuruan. Harapannya setelah para siswa lulus, bagi mereka yang tidak mampu melanjutkan ke level universitas, mereka dapat menjadi pembatik yang terampil tanpa harus mereka menjalani pendidikan dan keterampilan yang lebih tinggi.

Jika dikaitkan dengan usaha pengembangan, pencintaan dan pelestarian batik pada generasi muda sekarang dan mendatang, kegiatan ini sangat mengena pada mereka. Penyebabnya adalah mereka telah dilibatkan dalam proses produksi hingga menjadi produk akhir berupa kain batik. Aktivitas tersebut tentunya sangat membekas mendalam untuk mereka karena mereka menjalani proses antara teori dan praktek yang berjalan bersamaan. Serupa dengan kegiatan ini, misalnya, untuk wilayah Sumatera Utara, Depdiknas setempat dapat menerapkan konsep yang sama untuk produksi kain Ulos, yaitu salah satu kain khas yang dibuat oleh suku Batak. Untuk daerah-daerah lainnya di Indonesia, konsep tersebut juga dapat diterapkan untuk para siswa SLTA kejuruan.

Dari segi ekonomi
Setelah berlangsung proses produksi, maka unsur pemasaran memegang peranan penting dalam upaya menjual produk batik ke konsumen. Menurut penulis, kita perlu membuat suatu slogan (tagline) yang membuat para konsumen (dari muda hingga tua) untuk selalu mengingat dan lebih tertarik menggunakan batik. Slogan itu, misalnya, “Batik is Indonesia.” Dipilih dalam bahasa Inggris karena dia adalah bahasa terbanyak yang digunakan oleh orang-orang di seluruh dunia, dan orang Indonesia sendiri pun secara garis besar mudah memahami slogan ini.

Adapun ide pembuatan slogan ini diilhami oleh perusahaan Coca-Cola yang sukses mengkampanyekan produknya ke seluruh dunia melalui slogan : Always Coca-Cola. Slogan ini singkat, tetapi dia memiliki efek kuat di benak konsumen. Hal yang sama diharapkan juga terwujud melalui slogan : “Batik is Indonesia.” Selain slogan ini ingin meraih simpati konsumen seluas mungkin, dia juga mengingatkan kepada semua orang baik dalam negeri maupun luar negeri. Bagi orang dalam negeri (Indonesia), slogan ini memberikan efek untuk membuat kita tahu dan lebih mencintai produk buatan sendiri, sedangkan bagi orang luar negeri, mereka akan tahu bahwa batik berasal dari Indonesia (suku bangsa Jawa, khususnya), dan bukan dari negara lain yang mengklaim dirinya sebagai pencipta batik. Alasan terakhir ini menjadi sangat penting karena pada era globalisasi sekarang dan mendatang, masalah asal-usul produk sangatlah penting karena dia menyangkut isu Hak atas Kekayaan Intelektual (HakI). Tentunya, kita tidak ingin hasil karya asli bangsa kita diakui melalui hak paten oleh negara lain. Oleh karena itu, kita harus mengupayakan program yang baik, ringkas, sederhana, murah dan terukur kepastian ongkosnya (transparan) serta cepat dalam pembuatan hak paten batik di Dirjen HakI. Sayangnya hingga sekarang, kita cukup sering mendengar bahwa biaya untuk pengurusan hak paten tidaklah murah, sehingga hal itu memberatkan pengaju hak paten yang terutama kebanyakan adalah pengusaha UMKM seperti pengrajin batik. Oleh karena itu, penulis mengusulkan agar Dirjen HakI dapat melakukan langkah terobosan sehubungan dengan permasalahan ini. Terobosan itu, misalnya, dibuat adanya mekanisme pengangsuran (kredit) dari Dirjen HakI untuk para pengaju hak paten produk batik, sehingga hal itu akan menimbulkan kesan seolah-olah biaya hak paten suatu produk (batik) menjadi lebih murah.

Selain paparan di atas, pemasaran juga berhubungan erat dengan produksi dan sasaran pengguna (konsumen) dari suatu produk. Bila dipilah, produk batik itu dapat digolongkan untuk konsumen berpendapatan rendah, menengah, dan tinggi. Oleh karena itu, semua upaya produksi, pengembangan, pencintaan, dan pelestarian produk batik haruslah dilakukan dengan menyasar pada ketiga kelompok konsumen tsb.

Untuk kelompok pertama dan ke dua, bisa jadi terbanyak konsumennya adalah anak-anak muda yang belum memiliki penghasilan sendiri, tetapi mereka sangat memperhatikan tampilan warna, model, dan harga jual. Oleh karena itu, untuk konsumen pada kedua kategori ini, produk yang dihasilkan haruslah memperhatikan unsur model, warna, dan harga jual. Menurut penulis, di dunia nyata, langkah yang ditempuh Batik Danar Hadi, misalnya, adalah sudah cukup baik. Dikatakan cukup baik, karena perusahaan ini menjual produknya untuk sasaran konsumen berpendapatan rendah, menengah, dan tinggi yang mana masing-masing produk batik untuk ketiga kelompok konsumen tersebut adalah berkualitas baik. Indikatornya antara lain adalah warna batik untuk produknya tidak cepat luntur/pudar, mengikuti tren anak muda yang dinamis, yang mana kelompok ini menginginkan warna-warna cerah dan potongan/model batik yang segar/menarik, serta harga jual yang terjangkau (kompetitif). Khusus untuk konsumen berpendapatan tinggi, kelompok ini umumnya menginginkan produk batik tulis tangan yang tidak diproduksi secara masif. Strategi pemasaran yang dapat dilakukan untuk konsumen ini adalah menjaga kepercayaan mereka akan kualitas yang tinggi untuk setiap batik tulis yang dihasilkan oleh pembatik (perusahaan yang berusaha di bidang batik). Selain itu, untuk mendapatkan lebih luas lagi para konsumen di segmen ini, perusahaan batik dapat melakukan pameran atau workshop di dalam dan luar negeri.

Untuk pangsa pasar konsumen berpendapatan rendah dan menengah, strategi pemasaran yang dapat dilakukan, misalnya, adalah penjualan batik melalui distro-distro, melalui koperasi mahasiswa (Kopma), koperasi-koperasi sekolah, pasar-pasar tradisional, dan pasar-pasar modern dengan memperhatikan unsur model, warna-warna yang cerah dan berani, serta harga jual yang kompetitif, dan disertai dengan mutu batik yang baik.

Dari segi lingkungan hidup
Di era sekarang dan mendatang, isu lingkungan hidup menjadi krusial. Apa kaitannya antara lingkungan hidup dengan batik? Penulis beranggapan hubungan antara keduanya erat.

Dalam proses membatik, dia terkadang memerlukan campuran kimia warna tertentu untuk dapat menghasilkan produk akhir (batik). Selama proses membatik itu, faktor bahan-bahan yang digunakan dalam membatik seperti warna, haruslah bahan-bahan yang aman bagi manusia, dan tidak membahayakan lingkungan hidup. Untuk yang terakhir, kita harus memastikan adanya sistem pengelolaan limbah yang ramah lingkungan hidup bagi perusahaan-perusahaan batik skala menengah dan besar. Adapun untuk perusahaan skala kecil, edukasi kepada para pengusaha atau pembatik mengenai bahan-bahan yang aman untuk diproduksi dalam pembuatan batik perlu dilakukan. Akan lebih baik lagi, bila mereka ini tetap menggunakan bahan-bahan alami dalam membatik sehingga resiko pencemaran lingkungan hidup menjadi lebih kecil. Bila kita dapat menjalankan dengan baik semua proses ini, kita memperoleh manfaat darinya seperti berkesinambungannya proses produksi batik yang aman terhadap lingkungan hidup, dan menaikkan citra batik Indonesia di hadapan orang luar negeri. Alasan yang terakhir ini karena pada umumnya orang-orang asing (dari Eropa terutama), mereka sangat peduli terhadap suatu produk yang dihasilkan dari proses yang aman /ramah terhadap lingkungan hidup. Berdasarkan kedua alasan ini, kita harus peduli untuk mewujudkan produk batik Indonesia yang aman terhadap lingkungan hidup (batik is a green product).

Berdasarkan paparan-paran sebelumnya, kedua permasalahan yang ada dalam tulisan telah penulis jawab. Secara singkat, alternatif solusi untuk kedua permasalahan itu, telah dibahas dari segi pendidikan, ekonomi, dan lingkungan hidup. Penulis berkeyakinan bahwa bila ketiga segi atau unsur di atas dilakukan secara bersamaan dan ajeg oleh kita semua, maka upaya kita untuk lebih mencintai, mengembangkan, dan melestarikan batik sebagai warisan budaya Indonesia akan berhasil di dalam negeri, dan dia juga akan berdampak positif pada citra batik Indonesia di mata orang-orang non-Indonesia (asing), baik dalam jangka pendek maupun panjang.

sumber : http://www.kulinet.com/baca/batik-sebagai-warisan-budaya-indonesia/29/

batik sebagai simbol identitas

Memperkenalkan batik dari usia dini tak boleh dilupan sebagai bagian dari strategi ‎memasyarakatkan batik. Dan sekolah adalah media yang tepat untuk mendoktrinkan batik ‎kepada para siswa sejak dini. Dapat kita ambil contoh bagaimana efektifnya sekolah ‎dalam mengstigmakan bahwa PKI itu kejam dan tak beragama. Maka seni membatik pun ‎harus bisa masuk kedalam materi pendidikan di sekolah. Misalkan dalam mata pelajaran ‎ketrampilan dan kesenian, jangan siswa hanya diajarkan untuk membuat kue atau ‎bernyanyi saja. Tapi juga diajarkan tentang batik. Mulai dari sejarahnya maka siswa akan ‎mendapatkan pengetahuan sejarah yang lebih luas. Diajarkan tentang makna batik ‎sebagai identitas bangsa, maka siswa akan mendapatkan esensi dari seni batik. Hingga ‎pada tekhnik pembuatanya. Dengan berpraktek dalam pembuatan batik, maka siswa akan ‎belajar berkreasi sehingga dapat menopang daya kreatifitas mereka.

Penanaman pemahaman mengenai batik sejak dini menjadi sangat penting artinya, jika ‎ingin menjadikan batik sebagai bagian dai budaya bangsa. Karena jika hal ini tidak ‎dilakukan, maka niscaya batik tidak akan akrab dengan bangsa ini. LIhat saja hegemoni ‎budaya luar sudah masuk dan menggerogoti di hampir setiap lini kehidupan dan ‎pergaulan. Mereka masuk melalui media entertainment, bahkan juga lewat jalur-jalur ‎pendidikan seperti, tempat-tempat kursus bahasa, musik, dan lain-lain.

Peran Pemerintah dan Masyarakat Pecinta Batik
Peran Pemerintah dan Masyarakat Pecinta BatikDisini, peran pemerintah sangatlah vital dalam memasyarakatkan batik. Karena jika batik ‎dibiarkan menjadi pekerjaan industri atau swasta, maka yang akan menonjol hanyalah sisi ‎komersialnya saja. Karena ranah regulasi dan juga pendidikan adalah sebuah wilayah ‎yang hanya bisa dijangkau oleh pemerintah. Begitu juga ketika ingin mempromosikan ‎batik Indonesia ke dunia luar, dengan mudah tentunya pemerintah dapat melakukan itu. ‎Tinggal bagaimana tindakan kongkrit pemerintah dalam memasyarakatkan batik. Apakah ‎akan mengulang metode dan strategi lama, serta membiarkan batik hanya menjadi milik ‎kalangan tertentu saja. Atau berani membuat terobosan-terobosan baru dalam ‎memasyarakatkan batik. Tentunya juga diimbangi dengan desakan atau dorongan dari ‎kalangan masyarakat pecinta batik kepada pemerintah agar lebih memperhatikan ‎kesenian batik. Sehingga semangat dan pesona yang terkandung dalam batik dapat ‎mengidentitaskan bangsa Indonesia.
Ditulis Oleh Alfa Gumilang
Penulis adalah Sekretaris PRP Kota Jakarta‎
sumber : http://www.batikjenggolo.com/batik-sebagai-simbol-identitas-3/

cara membuat batik tradisional (batik tulis)

Kami, batikita.multiply.com, memfokuskan diri pada penjualan kain batik atau pakaian jadi berbahan kain batik tradisional, yaitu batik tulis dan cap. Idenya sederhana saja, kami ingin ikut mengembangkan tradisi yang menjadi warisan para leluhur dengan memberi nilai tambah sebagai komoditas.

Bukan berarti kami abai dengan produk yang dihasilkan industri massal dari pabrik (batik printing). Ini hanyalah sebuah pilihan. Meski demikian kami terbuka juga untuk pemesanan batik printing.

Bagaimana batik tulis tradisional diproses sehingga menjadi sebuah karya?
Berikut langkah dan proses pembuatan yang biasa dilakukan:

Awalnya, kain (mori) pabrikan diloyor (diguyur) terlebih dahulu agar bersih. Kemudian kain dikemplong guna memadatkan serat kainnya. Setelah itu, kain mori dipotong sesuai kebutuhan, kemudian dipola atau digambar dengan motif sesuai keinginan dengan menggunakan pensil.

Disinilah penulisan sesungguhnya, karena membuat motif adalah proses menuangkan ide, filosofi dan pesan ke dalam kain kosong hingga berwarna dan menjadi sebuah karya seni, seperti halnya pelukis menggambarkan idenya diatas kanvas. Setelah itu, dibatik lilin dengan canting klowongan sesuai gambar pola.

Langkah berikutnya, kain bergambar pola dicanting ngrengreng atau mengisi bagian yang kosong. Lalu kain dibalik untuk dibatik lagi (fiterusi).

Proses selanjutnya, kain dicanting tembokan lalu diwarnai hitam (diwedel) dengan nila atau tunjung (bahan-bahan warna alami). Setelah itu kain dibersihkan untuk dibatik lagi melalui dua cara (dibironi atau diklesik).

Kain lalu diberi warna soga atau warna alam sesuai keinginan, kemudian dilorod (dihilangkan lilinnya). Terakhir, kain dikanji dengan tepung tapioka.

Kiat dan tips mencuci dan menjaga keindahan batik tulis tradisional

-          Kain batik tulis tradisional disarankan untuk dicuci dengan menggunakan sari
       lerak atau sabun khusus batik supaya warna tetap cerah
-         Hindari penggunaaan mesin cuci terutama dalam mencuci busana kain batik berbahan dasar sutra dan tenunan tangan (ATBM)
-         Hindari menjemur kain batik langsung dibawah sinar matahari. Cukup diangin-anginkan
-         Kain batik jangan diseterika dengan suhu panas
-         Simpanlah kain batik tulis di almari dengan ratus wangi supaya dijauhi  rengat

sumber : http://batikita.multiply.com/journal/item/22/Proses_Membuat_Batik_Tulis_Tradisional

proses pembuatan batik


Secara umum proses pembuatan batik melalui 3 tahapan yaitu pewarnaan, pemberian malam(lilin) pada kain dan pelepasan lilin dari kain.
Kain putih yang akan dibatik dapat diberi warna dasar sesuai selera kita atau tetap berwarna putih sebelum kemudian di beri malam. Proses pemberian malam ini dapat menggunakan proses batik tulis dengan canting tangan atau dengan proses cap. Pada bagian kain yang diberi malam maka proses pewarnaan pada batik tidak dapat masuk karena tertutup oleh malam (wax resist). Setelah diberi malam, batik dicelup dengan warna. Proses pewarnaan ini dapat dilakukan beberapa kali sesuai keinginan, berapa warna yang diinginkan.
Jika proses pewarnaan dan pemberian malam selesai maka malam dilunturkan dengan proses pemanasan. Batik yang telah jadi direbus hingga malam menjadi leleh dan terlepas dari air. Proses perebusan ini dilakukan dua kali, yang terakhir dengan larutan soda ash untuk mematikan warna yang menempel pada batik, dan menghindari kelunturan. Setelah perebusan selesai, batik direndam air dingin dan dijemur.

Pekalongan Kota Batik

Asal usul Pekalongan

Asal usul nama Kota Pekalongan sebagaimana diungkapkan oleh masyarakat setempat secara turun temurun terdapat beberapa versi. Salah satunya disebutkan adalah pada masa Raden Bahurekso sebagai tokoh panglima Kerajaan Mataram. Pada tahun 1628 beliau mendapat perintah dari Sultan Agung untuk menyerang VOC (Vereenigde Oost Indishe Compagnic / Perserikatan Maskapai Hindia Timur) di Batavia. Maka ia berjuang keras, bahkan diawali dengan bertapa seperti kalong / kelelawar (bahasa Jawa : topo ngalong) di hutan Gambiran (sekarang : kampung Gambaran letaknya disekitar jembatan Anim dan desa Sorogenen).

Dalam pertapaannya diceritakan bahwa Raden Bahurekso digoda dan diganggu Dewi Lanjar beserta para prajurit siluman yang merupakan pengikutnya. Namun semua godaan Dewi Lanjar beserta para pengikutnya dapat dikalahkan bahkan tunduk kepada Raden Bahurekso. Kemudian Dewi Lanjar, yang merupakan utusan Ratu Roro Kidul memutuskan untuk tidak kembali ke Pantai Selatan, akan tetapi kemudian memohon ijin kepada Raden Bahurekso untuk tinggal disekitar wilayah ini. Raden Bahurekso memenuhi permohonan ini bahkan Ratu Roro Kidul juga menyetujuinya. Dewi Lanjar diperkenankan tinggal dipantai utara Jawa Tengah. Konon letak keraton Dewi Lanjar di pantai pesisir Pekalongan persisnya di sebelah sungai Slamaran. Sejak saat itu, daerah tersebut terkenal dengan nama Pekalongan.

Dalam versi lain disebutkan bahwa nama Pekalongan berasal dari istilah setempat HALONG - ALONG yang artinya hasil yang berlimpah. Jadi Pekalongan disebut juga dengan nama PENGANGSALAN yang artinya pembawa keberuntungan. Nama Pengangsalan ini ternyata juga ada dalam babad Mataram (Sultan Agung) , yaitu :

"Gegaman wus kumpul dadi siji, samya dandan samya numpak palwa, gya ancal mring samudrane, lampahe lumintu, ing Tirboyo lawan semawis, ing Lepentangi, Kendal, Batang, Tegal, Sampun, Barebes lan Pengangsalan. Wong pesisir sadoyo tan ono kari, ing Carbon nggertata".

Artinya : "senjata-senjata telah berkumpul jadi satu. Setelah semuanya siap, para prajurit diberangkatkan berlayar. Pelayarannya tiada henti-hentinya melewati Tirbaya, Semarang, Kaliwungu, Kendal, Batang, Tegal, Brebes dan Pengangsalan. Semua orang pesisir tidak ada yang ketinggalan (mereka berangkat menyiapkan diri di Cirebon untuk berangkat ke Batavia guna menyerbu VOC Belanda)".


Produk unggulan

  1. Batik
    Sebagaimana telah kita ketahui, Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik mempunyai potensi besar dalam kegiatan pembatikan dan telah berkembang begitu pesat, baik dalam skala kecil maupun besar. Hasil produksi batik Pekalongan juga menjadi salah satu penopang perekonomian Kota Pekalongan. Corak dan warna yang khas dari produk Batik Pekalongan telah menjadikan kerajinan Batik Pekalongan semakin dikenal. Industri dibidang batik ini telah mampu mengeksport ke berbagai negara antara lain Australia, Amerika, Timur Tengah, Jepang, Cina, Korea dan Singapura.
    Bagi pecinta batik, Pekalongan merupakan tempat yang tepat untuk mencari batik dan aksesorisnya, karena Pekalongan adalah tempat pasar batik, butik batik serta grosir batik, baik batik asli (batik tulis) maupun batik cap, batik printing, batik painting maupun sablon dengan harga bervariasi.
    Industri ini memberikan sumbangan yang besar terhadap kemajuan perekonomian di Pekalongan dengan mayoritas dari home industri.
  2. Industri konveksi
    Disamping batik, Pekalongan juga banyak terdapat industri konveksi. Jumlah industri ini menyebar mulai dari Kedungwuni, Tirto, Bojong, Wiradesa, Buaran, Klego dan Landungsari. Sumbangan dari industri konveksi Pekalongan cukup besar dalam pengadaan pakaian di dalam negeri. Para pengusaha, yang kebanyakan adalah home industri, turut andil mensuplay beberapa grosir besar antara lain Grosir Tanah Abang di Jakarta, Tegal Gubuk di Cirebon (Jawa Barat), Pasar Klewer di Solo (JawaTengah) dan juga tempat lainnya. Produk industri ini berupa pakaian jadi baik dari batik maupun non batik antar lain : sarung, hem, busana wanita, pakaian anak, seprei, telapak meja, jeans dan lain - lain.
  3. Pertenunan ATBM ( Alat Tenun Bukan Mesin )
    ATBM merupakan industri kecil dengan hasil produksinya antara lain : handuk, kain ihrom, interior rumah dan lain - lain. Produksinya telah memasuki pangsa eksport antara lain : ke Jepang, Singapura, Amerika dan Eropa.
  4. Kerajinan serat alam
    Dengan bahan baku berupa enceng gondog, pelepah pisang dan gedebog pisang, serat nanas serta serat alami lainnya, para pengusaha kecil memanfaatkannya untuk berbagai kerajinan seperti tas, baju, interior rumah dan lain - lain.
  5. Industri pengolahan ikan
    Industri pengolahan ikan juga merupakan salah satu sektor andalan dari Pekalongan. Sektor ini terdiri dari :
    1. Pengalengan ikan
    2. Penggaraman / pengeringan ( penggerehan )
    3. Pembekuan ikan
    4. Pemindangan
    5. Pengolahan dan pengawetan ikan

Kesenian dan Kebudayaan

  1. Tari sintren
    Sintren adalah kesenian tradisional masyarakat Pekalongan dan sekitarnya, merupakan sebuah tarian yang berbau mistis / magis yang bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dan Raden Sulandono. Tersebut dalam kisah bahwa Raden Sulandono adalah putra Ki Bahurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantansari.
    Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih seorang putri dari Desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Bahurekso. Akhirnya Raden Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari. Meskipun demikian pertemuan diantara keduanya masih terus berlangsung melalui alam goib. Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantansari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula Raden Sulandono yang sedang bertapa dipanggil rohnya untuk menemui Sulasih, maka terjadilah pertemuan diantara Sulasih dan Raden Sulandono.
    Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya. Sintren diperankan seorang gadis yang masih suci (perawan), dibantu oleh pawangnya dan diiringi gending 6 orang. Pengembangan tari sintren sebagai hiburan rakyat, kemudian dilengkapi dengan penari pendamping dan pelawak.
  2. Simtud durar
    Simtud durrar merupakan kesenian tradisional yang bernafaskan Islam dengan menggunakan Rebana dan Jidur sebagai alat musiknya. Kesenian ini beranggotakan antara 15 orang hingga 20 orang, dengan diiringi musik mereka melantunkan puji-pujian atau sholawatan sebagai ungkapan syukur dan permohonan keselamatan dunia dan akhirat pada Allah SWT. Kesenian ini biasa digunakan pada saat pembukaan acara hajatan atau selamatan yang diselenggarakan oleh warga masyarakat Kota Pekalongan yang terkenal dengan ketaatannya dalam menjalankan perintah agama.
  3. Kuntulan
    Kuntulan merupakan kesenian tradisional yang bernafaskan Islam yang dimainkan oleh 18 orang yang semuanya adalah laki-laki. Posisi ke-18 orang ini dalam melakukan tarian adalah 9 orang di depan dan 9 orang di belakang. Hal tersebut dimaksudkan akan mengandung makna Asmaul Khusna yaitu 99 sifat Allah SWT.
  4. Sya'banan (Khol)
    Sya'banan (khol) adalah upacara keagamaan / kebudayaan di daerah Pekalongan yang diselenggarakan setiap tanggal 14 sya'ban (ruwah) setahun sekali untuk mengenang / mengingat jasa- jasa Sayid bin Abdullah bin Abdullah bin Tholib Al Atas, semasa hidupnya merintis pendirian Pondok Pesantren di Pulau Jawa.
  5. Syawalan
    Adalah upacara adat bagi umat Islam yang berada di Pekalongan dan sekitarnya untuk menyaksikan pemotongan LOPIS BESAR (bahasa Jawa : LEPET GEDE) yang mempunyai ukuran diameter kurang lebih 150 cm, berat 185 kg dan tinggi 110 cm. Kegiatan ini diselenggarakan 1 minggu setelah hari raya Idul Fitri oleh Walikota / Pejabat Muspida.

Makanan khas

  1. Nasi megono (bahasa Jawa : sego megono)
    Kota Pekalongan terkenal dengan makanan khasnya yang disebut MEGONO, yaitu sejenis lauk yang terbuat dari nangka muda (gori) yang dicincang halus dicampur dengan urapan kelapa parut dan sambal urapan (kluban). Namun dengan ramuan rempah yang lebih komplit dengan rasa sedikit pedas dan aroma bunga combrang dan irisan serai, akan menimbulkan rasa yang khas. Megono ini sangat enak dan cocok sebagai lauk sarapan pagi, cocok juga dipadu dengan lauk apapun juga. Bahkan hanya ditemani dengan tempe goreng dan sambal kecap, rasanya sangat nikmat. Di Kota Pekalongan, Megono sangat mudah dijumpai. Dari warung-warung kaki lima sampai restoran besar hampir semua menyediakan Nasi Megono.
  2. Tauto
    Tauto adalah makanan khas Pekalongan sejenis Soto, hanya saja untuk Tauto bumbunya ditambah dengan TAUCHO, yaitu sejenis penyedap semacam saus yang mempunyai aroma khas dan bahan pembuatannya dari kedelai. Seperti halnya dengan Soto, Tauto juga dicampur dengan daging dan jerohan serta so'on (sohun), enak sebagai lauk nasi namun lebih enak dimakan pakai lontong. Tauto Pekalongan biasanya banyak dijumpai di warung-warung di Kota Pekalongan pada siang hari.
  3. Garang asam
    Garang asam adalah makanan sejenis rawon, khas dari daerah Pekalongan. Tetapi untuk garang asam, kuahnya diberi banyak tomat, sehingga memberikan rasa asam namun segar. Garang asam biasanya dicampur dengan daging, jerohan atau telur. Biasanya garang asam dimasak agak pedas, sehingga rasanya tambah nikmat. Di Kota Pekalongan, garang asam sangat mudah dijumpai di warung-warung, terutama pada siang hari.
  4. Keripik tahu
    Seperti halnya tempe, tahu pun bisa dibuat keripik. Bumbu dan cara pembuatannya tak jauh berbeda. Dengan kerenyahan dan kenikmatan rasanya, membuat keripik tahu cocok untuk lauk (sebagai pengganti kerupuk) dan cocok juga untuk makanan cemilan. Keripik tahu banyak dijumpai di toko-toko makanan di daerah Pekalongan dan sekitarnya.

Obyek wisata

  1. Pantai Pasir Kencana
    Pantai Pasir Kencana merupakan obyek wisata pantai tempat para turis domestik maupun asing biasa bersantai sambil menikmati udara pantai yang sejuk. Pantai ini cocok untuk rekreasi bersampan dan memancing dengan perahu pesiar yang siap melayaninya. Tersedia pula fasilitas mainan anak-anak, panggung terbuka, areal parkir, musholla, mck dan kamar mandi.
  2. Obyek Wisata Linggo Asri
    Panorama alami dan udara yang sejuk menjadi ciri khas obyek Wisata Linggo Asri yang terletak di sebelah selatan kecamatan Kajen kabupaten Pekalongan pada ketinggian 700 m dari permukaan air laut. Perpaduan potensi alam, pegunungan dan hutan wisata serta kondisi masyarakat yang masih pedesaan menjadi faktor yang menarik untuk dinikmati. Disamping itu, letak yang cukup menguntungkan di tepi jalan antara kabupaten Pekalongan dan Banjarnegara sehingga memudahkan bagi wisatawan untuk berkunjung.
  3. Obyek Wisata Petung Kriyono
    Merupakan obyek wisata yang berlokasi di lereng Gunung Raga Jambangan pada ketinggian 900-1600 m dari permukaan laut. Sebuah kawasan yang sejuk dengan keragaman, kemolekan dan keindahan alam yang cocok untuk tempat wisata. Dari ibukota kabupaten Pekalongan berjarak 30 km dan dapat dicapai dengan kendaraan umum. Sebagai kawasan agrowisata, Petung Kriyono merupakan lokasi yang memberikan banyak pilihan untuk pemenuhan hasrat berwisata alam. Di kawasan ini Anda dapat memperoleh pengalaman melakukan penjelajahan alam dan kegiatan outbond.
  4. Obyek Wisata Curug Muncar
    Dikenal sebagai daerah yang sangat eksotis dengan keindahan air terjun dan pemandangan alamnya. Air terjun Curug Muncar ini banyak sekali dikunjungi oleh para wisatawan dan para pecinta alam.
  5. Obyek Wisata Rogoselo
    Wisata Alam Rogoselo terletak kurang lebih 14 km dari ibu kota Kecamatan Doro tepatnya di Desa Rogoselo. Wisata berupa petilasan / cagar alam Arca Baron Sekeber dan Makam Ki Ageng Atas Angin.
    Menurut cerita rakyat, Baron Sekeber adalah seorang sakti dari sebuah negeri di Eropa yang datang ke pulau Jawa ingin menjajal kesaktiannya. Dalam setiap pertarungan, Baron Sekeber selalu menang, sudah banyak pendekar dan orang sakti di tanah Jawa yang ia kalahkan. Hingga suatu hari ia dapat dikalahkan oleh Ki Ageng Atas Angin.
  6. Obyek Wisata Alam Lolong
    Wisata Alam Lolong terletak kurang lebih 6 Km dari kota Kecamatan Karanganyar. Potensi wiasata ini juga didukung dengan adanya buah durian yang sudah cukup terkenal pada setiap musimnya.
  7. Obyek Wisata Pantai Wonokerto
    Pantai Wisata Wonokerto terletak kurang lebih 5 km dari jalan raya Wiradesa arah utara tepatnya di Desa Wonokerto Kecamatan Wonokerto. Pada bulan Dhulkaidah di tempat ini biasa diadakan acara sedekah laut yang diadakan oleh masyarakat nelayan setempat.
  8. Pantai Slamaran Indah
    Obyek wisata Slamaran Indah merupakan daerah pesisir yang bisa memberikan rasa sejuk dan nyaman. Menurut cerita yang sudah melegenda, daerah ini memiliki "penunggu", yaitu Dewi Lanjar sebagai Ratu Pantai Utara. Konon Dewi Lanjar sering menampakkan diri dengan paras yang cantik jelita tiada bandingannya.
  9. Bumi Perkemahan
    Dengan luas 4 hektar, Camping Ground yang berada di dusun Dranan desa Yosorejo disediakan bagi para pecinta alam, pelajar maupun para wisatawan yang dilengkapi dengan MCK, Pendopo, Pos Jaga dan tempat bermain.

Pekalongan dimasa kini

Saat ini Kota Pekalongan telah mengalami pemekaran menjadi dua wilayah, yaitu Kotamadya Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan.
  1. Kotamadya Pekalongan
    Kepala Pemerintahan : Bp. Dr. Basyir Akhmad
    Wakil Kepala Pemerintahan : Bp. Alf Arslan Junaid
    1. Letak geografis
      letak geografis antara 6 - 50' 44" lintang selatan dan 109 - 37' 55" hingga 109 - 42' 19" Bujur timur, serta berkoordinat fiktif 510.000 - 518.000 km membujur dan 517.875 - 526.75 km melintang. Luas daerah Pekalongan sebesar 45,25 km2, secara administratif terdiri dari 4 kecamatan dan 46 kelurahan. Daerah Pekalongan memiliki iklim hujan rata-rata 2.189 mm per tahun.
    2. Pertumbuhan perekonomian
      Perekonomian Kotamadya Pekalongan mengalami pertumbuhan cukup besar terlihat dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sekitar 4,42% / tahun. Sektor ekonomi penyumbang utama PDRB adalah industri besar dan sedang serta perdagangan besar dan eceran. Prasarana ekonomi diantaranya jalan sepanjang 115.222 km, 10 unit pasar, 10 unit perbankan negara dan swasta, serta tersedianya listrik, air bersih dan telkom.
  2. Kabupaten Pekalongan
    Kepala Pemerintahan : Ibu Hj. Siti Qomariyah, MA
    Wakil Kepala Pemerintahan : Bp. Ir. H. Wayudi Pontjo Nugroho, MT
    1. Letak geografis
      Kabupaten Pekalongan secara geografis terletak di sepanjang pantai utara pada 109° - 109°78' Bujur Timur dan antara 6° - 7°23' Lintang Selatan dengan luas wilayah 836,13 km², secara administratif terdiri dari 19 kecamatan. Curah hujan rata-rata per tahun 2.950 mm dengan rata-rata hari hujan 157 hari. Curah hujan tinggi terjadi di kecamatan Lebakbarang rata-rata per tahun 5.551 mm, kondisi tanah berdasarkan luas daerah kabupaten Pekalongan 83.613,103 ha yang terdiri atas tanah sawah 26.082,454 ha atau 31,25%, tanah kering 57.484,781 ha (68,75%).
    2. Pertumbuhan perekonomian
      Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pekalongan meningkat 10,72 % atau Rp 5,06 trilyun pada tahun 2007 atas harga berlaku dibandingkan tahun 2006 sebesar Rp 4,57 trilyun. Sedangkan atas harga konstan, PDRB tahun 2007 sebesar Rp 2,83 trlyun, meningkat 4,43% dibandingkan tahun 2006 sebesar Rp 2,71 trilyun.
      Untuk pendapatan perkapita tahun 2007 sebesar Rp. 4.882.280, meningkat 9,61% dibanding tahun 2006 sebesar Rp 4.454.203.
      Jumlah penduduk miskin tahun 2007 sebesar 190.000 jiwa atau 21,13% dari jumlah penduduk, mengalami penurunan dibanding tahun 2006 sebanyak 207.644 jiwa atau 23,29%.


 NO SPAM !
Copyrights © 2007 -  2011 BatikMarkets.com

Pertanyaan Yang Sering Muncul tentang batik indonesia

  1. Bagaimana cara membuat batik ?
  2. Apa perbedaan Batik Pekalongan dengan batik daerah lain, misalnya Batik Solo atau Batik Yogyakarta ?
  3. Dapatkah kami yang bukan berprofesi sebagai pembatik membuat batik ?
  4. Berapakah jenis Batik Pekalongan itu sebenarnya ?
  5. Apakah produk yang ditawarkan BatikMarkets adalah produk sendiri ?
  6. Apakah ada minimal pembelian di Batikmarkets.com ?
  7. Apakah barang pesanan bisa dikirimkan terlebih dahulu sebelum transfer dananya masuk ?
  8. Apakah saya dapat berbelanja dengan kartu kredit ?
  9. Saya ingin pesan seragam batik, bagaimana prosedur pemesanannya ?
  10. Apakah pembayaran untuk pemesanan seragam batik dapat dilakukan setelah kami menerima barangnya ?
  1. Bagaimana cara membuat batik ?

    Untuk membuat batik, peralatan yang diperlukan adalah : kain mori (bisa terbuat dari sutra, katun atau campuran kain polyester), pensil untuk membuat desain batik, canting yang terbuat dari bambu, berkepala tembaga serta bercerat atau bermulut, canting ini berfungsi seperti sebuah pulpen. Canting dipakai untuk menyendok lilin cair yang panas, yang dipakai sebagai bahan penutup atau pelindung terhadap zat warna. gawangan (tempat untuk menyampirkan kain), lilin, panci dan kompor kecil untuk memanaskan.

    Langkah - langkahnya adalah sebagai berikut :
    1. Langkah pertama kita membuat desain batik diatas kain mori dengan pensil atau biasa disebut molani. Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera berbeda-beda. Ada yang lebih suka untuk membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada.
    2. Langkah kedua adalah menggunakan canting yang telah berisi lilin cair untuk melapisi motif yang diinginkan. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena. Setelah lilin cukup kering, celupkan kain ke dalam larutan pewarna.
    3. Proses terakhir adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus dengan air panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Anda tidak perlu kuatir, pencelupan ini tidak akan membuat motif yang telah Anda gambar terkena warna, karena bagian atas kain tersebut masih diselimuti lapisan tipis (lilin tidak sepenuhnya luntur).

    Maka hasilnya adalah kain batik yang dikenal dengan kain batik tulis. Penamaan itu diberikan, karena disamping batik tulis, ada juga batik cap, batik printing, batik painting dan sablon.
  2. Apa perbedaan Batik Pekalongan dengan batik daerah lain, misalnya Batik Solo atau Batik Yogyakarta ?

    Batik Pekalongan yang sering dikenal dengan batik pesisiran mempunyai karakter dinamis dan kaya warna, sehingga Batik Pekalongan lebih mudah dirancang menjadi berbagai jenis sandang yang tidak hanya cocok untuk acara resepsi, tapi juga untuk seragam batik antara lain untuk sekolah, organisasi, perkantoran, acara hiburan, dan lain-lain. Dalam menentukan bentuk motif lebih bebas dan tidak terpaku pakem, dan biasanya dihubungkan dengan kondisi sosial kultural masyarakat Pekalongan.

    Sedangkan Batik Solo maupun Yogyakarta yang sering dikenal dengan Batik Mataram itu sangat sederhana dalam pewarnaan. Warna yang sering dipakai adalah biru, kuning muda dan putih. Motif Batik Solo maupun Yogyakarta banyak mengandung arti filosofi dan sarat dengan makna kehidupan.
  3. Dapatkah kami yang bukan berprofesi sebagai pembatik membuat batik ?

    Siapapun bisa membuat batik asal tahu caranya dan punya kemauan. Anda pun bisa membuat kain tradisional khas Indonesia tersebut dengan tidak kalah bagusnya. ( lihat cara buat batik ).
  4. Berapakah jenis Batik Pekalongan itu sebenarnya ?

    Pengelompokan Batik Pekalongan berdasarkan metode pembuatannya adalah sebagai berikut :
    1. Batik tulis
      yaitu batik yang motifnya dibentuk dengan tangan, yaitu digambar dengan pensil dan canting untuk penutup atau pelindung terhadap zat warna (lihat cara membuat batik tulis).
    2. Batik cap
      yaitu batik yang pembuatan motifnya menggunakan stempel. Cap ini biasanya terbuat dari tembaga yang telah digambar pola dan dibubuhi malam (cairan lilin panas).
    3. Batik sablon
      yaitu batik yang motifnya dicetak dengan klise / hand print.
    4. Batik painting
      yaitu batik yang dibuat tanpa pola, tetapi langsung meramu warna di atas kain.
    5. Batik printing
      yaitu batik yang penggambarannya menggunakan mesin. Jenis batik ini dapat diproduksi dalam jumlah besar karena menggunakan mesin modern. Kemunculan batik printing dipertanyakan oleh beberapa seniman dan pengrajin batik karena dianggap merusak tatanan dalam seni batik, sehingga mereka lebih suka menyebutnya kain bermotif batik.
  5. Apakah produk yang ditawarkan BatikMarkets adalah produk sendiri ?

    Sebagaimana layaknya sebuah toko, maka kami juga menerima atau menampung batik dari para pengrajin. Pemasok kami adalah saudara, teman, tetangga dan masyarakat yang tinggal di lingkungan kami (Pekalongan), untuk selanjutnya kami pasarkan secara online di BatikMarkets.com ini (lihat Tentang Kami).
  6. Apakah ada minimal pembelian di Batikmarkets.com ?
  7. Tidak ada, kecuali untuk pemesanan seragam batik, seperti seragam batik untuk perkantoran, keperluan perhotelan, sekolah, organisasi, partai politik dan lain-lain. Minimal pemesanan adalah 1 kodi atau 20 pcs. jika motif dari kami dan 200 pcs jika motif dari pemesan, silahkan kunjungi halaman pemesanan seragam batik untuk melihat ketentuan pemesanan dan contoh motif batik.
  8. Apakah barang pesanan bisa dikirimkan terlebih dahulu sebelum transfer dananya masuk ?
  9. Maaf tidak bisa. Demi kenyamanan kita bersama, kami hanya akan mengirimkan barang pesanan Anda segera setelah transfer dana masuk ke rekening kami. (lihat Perjanjian Transaksi, point B butir 8 & 9)
  10. Apakah saya dapat berbelanja dengan kartu kredit ?
  11. Ya..., selain BCA dan Western Union, kami juga menerima pembayaran dengan kartu kredit (Visa, MasterCard, American Express, Discover) dengan fasilitas PayPal. Cara ini lebih aman karena Anda tidak menyimpan kartu kredit di tempat kami melainkan hanya di PayPal. Jika Anda belum mempunyai account PayPal, silahkan mendaftar ke website PayPal dan pendaftaran ini bersifat gratis. Untuk informasi lebih lanjut silahkan kunjungi halaman Metode Pembayaran
  12. Saya ingin pesan seragam batik, bagaimana prosedur pemesanannya ?
  13. Untuk pemesanan seragam batik di Batikmarkets sebenarnya cukup mudah, yaitu :
    1. Pertama, silahkan tentukan motif yang Anda inginkan. Jika motif dari kami maka minimal pemesanan adalah 20 pcs, namun jika motif dari pemesanan minimal pemesanan 200 pcs. Khusus bagi Anda yang pesan seragam batik lebih dari 500 pcs maka kami memberikan biaya pengiriman Rp 0 (bebas biaya pengiriman).
    2. Kedua, silahkan hubungi kami via email atau sms atau telepon langsung untuk menentukan jenis bahan, harga, dan lain-lainnya.
  14. Apakah pembayaran untuk pemesanan seragam batik dapat dilakukan setelah kami menerima barangnya ?
  15. Maaf tidak bisa. Demi kenyamanan kita bersama, kami hanya akan mengirimkan barang pesanan Anda apabila pembayaran sudah lunas atau saat barang siap dikirimkan. (lihat Perjanjian Transaksi, point B butir 8 & 9).



Anda punya pertanyaan atau ingin menyumbangkan artikel yang berhubungan dengan seni batik, silahkan kirim ke info@batikmarkets.com, dengan senang hati kami akan menampilkannya di situs ini.


 NO SPAM !
Copyrights © 2007 -  2011 BatikMarkets.com
 Quaranteed 100%